Sunday, November 7, 2010

Bab 1: Childhood (1): Sup Belalang Beralkohol

"Perhatian"
"Siap"
"Memberi salam!"
"Selamat pagi Pak!"

Oke selamat pagi anak-anak! Sekarang kita sudah memasuki bab asli brahmastralogy. Kita memasuki bab 1, yaitu childhood atau masa kanak-kanak.

Masa kanak-kanak siapa? Ya gua dong hehe. Judulnya aja brahmastralogy.

Oke, cerita dimulai saat kira-kira gua berumur 7 tahunan. Waktu itu lagi hari libur, dan gua bosen banget. Setelah berpikir dengan sangat keras buat nyari kegiatan, tiba-tiba muncul satu ide cemerlang. Ide yang bisa membuat bangga kedua orangtua. Ide yang bisa memajukan bangsa dan negara.

Ide itu adalah NGOLEKSI AWETAN SERANGGA. Ngoleksi serangga?! Bagaimana bisa anak yang tiap hari cuma mainan tanah dan gelinding-gelinding di aspal bisa punya ide buat ngoleksi serangga?!

Yak, dengan mantap gua memutuskan. Gua akan ngoleksi awetan serangga! Gak ada seorang pun yang boleh menghalangi.

"Kok sadis pak?"

Tadinya malah mau koleksi awetan anak tetangga. Tapi tempatnya gak cukup.

Nah sejak saat itu, gua mulai rajin buat ngumpulin berbagai macam serangga kayak capung, kumbang, kupu-kupu, dan bahkan serangga Maliq.

Sketsa kasar bentuk serangga Maliq.

"Jayus lo pak. Itu mah Angga."

Oke gua salah. Back to the topic.

Cara ngawetin serangganya itu pake alkohol. Jadi,
  1. Tuang alkohol secukupnya ke satu wadah.
  2. Celupin serangga ke alkoholnya.
  3. Tunggu sekitar satu jam (kalo gak salah)
  4. Dan terakhir dipajang di figura. Serangganya ditusuk pake paku kecil di figuranya.
Dan suatu hari, gua nemu sesuatu yang sangat indah. Sesuatu yang menyejukkan hati. Sesuatu yang bisa membuat anak kecil tersenyum. Sesuatu itu adalah

BELALANG

 Eits, bukan sembarang belalang. Tapi 

BELALANG GEDE

Gua pun seneng banget. Baru kali ini nemu belalang segede ini. Langsung gua tangkep itu belalang dan gua celupin ke dalem alkohol. Wadah alkoholnya gua taro di meja makan, di atas toples. Kebetulan waktu itu Ibu-saya-tercinta abis masak sup, supnya ditaro di sebelah toples, yang artinya dibawah wadah alkohol.

 Skema tkp.

Saking senengnya, gua gak sabar nunggu proses pengawetannya. Dan akhirnya wadahnya kesenggol dan jatoh ke mangkuk sup. Ya, wadah yang isinya alkohol sama belalang itu jatoh ke mangkuk sup bikinan Ibu-saya-tercinta.

Gara ulah gua, ada belalalang yang ngambang-ngambang ditengah kumpulan sosis sama wortel. DAN SUPNYA MASIH PENUH BUAT SEKELUARGA!

Mati gua. Gimana kalo gua dijual buat dijadiin budak sama Ibu-saya-tercinta gara-gara ini?! Untung lagi gak ada orang.

Akhirnya gua cepet-cepet keluarin belalangnya terus gua taro di figura (jangan lupakan tujuan awal). Tapi ada yang gak bisa gua ubah, supnya udah kecampur sama alkohol satu mangkok. Akhirnya gua pun kabur. Klasik memang, kabur.

Siangnya, Ibu-saya-tercinta manggil gua

Ibu-saya-tercinta : "Ben, makan dulu. Itu ada sup."

Gua : "Nanti aja Maahh."

Ibu-saya-tercinta : "Heehh.. Ga boleh gitu! Ini uda Mamah ambilin."

Gua : "Masih kenyang Mah."

Ibu-saya-tercinta : "Udah sini, Mamah suapin."

Terpaksa gua gak bisa nolak lagi. Akhirnya gua makan semangkok berdua sama Ibu-saya-tercinta, gua disuapin.

Ibu-saya-tercinta : "Supnya enak kan?"

Gw : "Mmm.. i-iya."

Ibu-saya-tercinta : "Diabisin ya."

Nooooooo!!!!! Akhirnya gua sadar kalau kemungkinan gua dijual buat dijadiin budak itu gak mungkin. Tapi kalau sekeluarga mabok gara-gara ini, itu sangat mungkin!

Untungnya gak ada yang kenapa-kenapa. Sejak saat itu gua gak pernah ngoleksi serangga lagi dan jadi anak yang berbakti. Maaf ya belalang.


Nah sekian pelajaran kali ini, semoga berguna.

2 bacotan:

Doni Riyadi Saksono said...

kapan ulangan dan kapan remed pak ben ? -,-"

Brahmastra Bayang Sambadha said...

nanti ada kok. tenang aja. makanya belajar yang bener ya.

Post a Comment